BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan perkembangan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka paradigma pendidikan juga mengalami pergeseran, khususnya mengenai eksistensi guru di dalam interaksi belajar mengajar. Pada masa awal di mana penerbitan, media masa dan teknologi belum berkembang, kedudukan guru sangat vital, karena belum banyak informasi atau sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Guru menjadi satu-satunya sumber informasi/ilmu.
Dalam pola pendidikan modern, siswa dipandang sebagai titik pusat terjadinya proses belajar sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, membantu memudahkan agar siswa mendapatkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga terjadilah suatu interaksi aktif. Siswa belajar sedangkan guru mengelola sumber-sumber belajar guna memberikan pengalaman belajar kepada siswa.
Dewasa ini dengan perkembangan media cetak, media elektronik serta teknologi informasi dan komunikasi sumber belajar atau sumber informasi tersedia sangat melimpah. Setiap peserta didik dapat mengakses berbagai informasi yang terkait dengan materi pembelajaran di sekolah dari berbagai media yang ada dengan sangat mudah. Posisi guru pun tidak lagi menjadi satu- satunya sumber belajar.
Dalam posisi demikian, maka guru harus mampu memerankan diri sebagai fasilitator bagi siswa, khususnya dalam pemanfaatan berbagai sumber belajar baik yang tersedia di sekolah maupun di luar sekolah. Guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas, mengenal teknologi, dan kreatif memanfaatkan situasi lingkungan alam maupun sosial untuk dijadikan sebagai sumber belajar, disamping bahan-bahan pustaka.
Realitas empirik selama ini di tingkat persekolahan memperlihatkan, dalam proses pembelajaran IPS, guru IPS kurang optimal baik di dalam memanfaatkan maupun memberdayakan sumber pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran IPS cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered), textbook centered, dan monomedia. Adalah tidak dapat dipersalahkan apabila banyak siswa mengganggap proses pembelajaran IPS sebagai sesuatu yang membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang variatif, dan pelbagai keluhan lainnya.
Padahal pendidikan IPS merupakan synthetic science, karena konsep, generalisasi, dan temuan-temuan penelitian ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi. Informasi faktual tentang kehidupan sosial atau masalah-masalah kontemporer yang terjadi di masyarakat dapat ditemukan dalam liputan (exposure) media massa, karena media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun untuk itu, informasi atau pesan yang ditampilkannya telah melalui suatu saringan (filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai kepentingannya, misalnya : untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan atau politik, pembentukan opini publik, hiburan (entertainment) hingga pendidikan.
Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi pemunculan suatu informasi atau pesan yang disajikan oleh media massa, kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa kini pertemuan orang dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi. Tidaklah berlebihan kiranya apabila abad ke-21 disebut sebagai abad komunikasi massa, bahkan dalam pembabakan sejarah umat manusia, McLuhan (1964) menyatakannya sebagai babak neo-tribal (sesudah babak tribal dan babak Gutenberg), yakni masa di mana alat-alat elektronis memungkinkan manusia menggunakan beberapa macam alat indera dalam komunikasi. Adapun Alvin Toffler (1981) menamakannya sebagai The Third Wave.
Sementara itu, seiring dengan pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan bergesernya peranan guru IPS sebagai penyampai pesan/informasi. Ia tidak bisa lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswanya. Siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber, terutama dari media massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet.
Adalah tidak berlebihan kiranya apabila disebutkan bahwa media massa sangat berpengaruh di dalam pendidikan IPS. Hal ini didasarkan pada berbagai temuan penelitian yang menyiratkan, antara lain, bahwa :
a) Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat;
b) Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi;
c) Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media massa daripada dari orang lain;
d) Para guru IPS perlu memberdayakan media massa sebagai sumber pembelajarannya; dan
e) Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya. (Adiwikarta, 1988; Nielsen Media, 1989; Dominguez and Rincon, 1992; Prisloo and Criticos, 1994)
Selain itu, media massa dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran IPS melalui tiga cara :
a) Media massa dapat memperbaiki bagian content dari kurikulum IPS;
b) Media massa dapat dijadikan alat pembelajaran yang penting bagi IPS; dan
c) Media massa dapat digunakan untuk menolong siswa mempelajari metodologi ilmu-ilmu sosial, khususnya di dalam menentukan dan menginterpretasi fakta-fakta sosial (Clark, 1965 : 46-54).
Makalah ini mencoba memberikan salah satu solusi alternatif untuk mengatasi problematika sebagaimana dipaparkan di awal tulisan, yakni dengan memanfaatkan salah satu media massa kontemporer yakni internet sebagai sumber pembelajaran IPS.
Penggunaan internet sebagai media pembelajaran IPS lebih difokuskan terhadap salah satu situs jejaring sosial yang sekarang lagi marak digunakan oleh berbagai kalangan di dunia yaitu Facebook. Pemilihan situs Facebook sebagai media pembelajaran IPS ini terkait dengan bahwa Indonesia merupakan penguna Facebook tertinggi di ASEAN yaitu kurang lebih 2 juta akun Facebook.
Sebagaimana kita ketahui Facebook merupakan media jejaring sosial paling banyak digemari di seluruh dunia bahkan kini sudah merambah Indonesia. Tak terkecuali orang Tua, muda, pegawai, pejabat, pendidik dan semua kalangan menjadi penggemar Facebook. Tanpa mengindahkan fatwa MUI yang telah mengharamkan facebook, sebagian orang masih menggunakan facebook sebagai media untuk mencari teman sebanyak-banyaknya atau pun untuk berkomunikasi dengan teman lama.
Sebagai pendidik tentunya kekhawatiran akan dampak adanya Facebook sangatlah wajar. Bisa jadi siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan facebooknya ketimbang belajar. Karena kita ketahui bahwa kebanyakan siswa SD, SLTP, SLTA, maupun Mahasiswa telah mengenal dan banyak yang telah memiliki akun facebook.
Untuk mengarahkan pengunaan facebook kearah yang positif, maka penulis mencoba menjadikan facebook sebagai sarana pembelajaran yang kemungkinan banyak mendatangkan manfaat daripada mudharatnya sebagai penangkal hal-hal yang bersifat negatif.
Penggunakan situs jejaring sosial Facebook akan menjadi media pembelajarn yang efektif dan juga sebagai salah satu cara mengatasi keterbatasan waktu tatap muka di kelas, dikarenakan IPS memiliki materi yang cukup banyak sedangkan waktu yang dimiliki sangat terbatas, sehingga banyak materi yang tidak tersampaikan,
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa IPS memiliki konten yang cukup banyak akan tetapi waktu yang tersedia sangat terbatas, selain itu pembelajaran IPS masih berpusat kepada guru (teacher centered), textbook centered, dan monomedia, sehingga siswa menganggap proses pembelajaran IPS sebagai sesuatu yang membosankan, monoton, kurang menyenangkan, terlalu banyak hafalan, kurang variatif, dan lain sebagainya.
Dari rumusan masalah di atas penulis menetapkan masalah dalam makalah ini yaitu :
a) Banyaknya materi yang tidak tersampaikan dikarenakan waktu untuk tatap muka di kelas sangat terbatas, sedangkan materi yang harus disampaikan relatif banyak.
b) Kurangnya konsentrasi, minat siswa terhadap proses pembelajaran IPS yang dianggap sesuatu yang membosankan, kurang menyenangkan dan berupa hafalan.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat dari makalah ini adalah :
a) Bagi siswa :
Dapat meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru.
b) Bagi guru :
Dapat menarik minat dan perhatian siswa terhadap penjelasan yang disampaikannya, dengan efektif dan efisien, dapat menyampaikan seluruh materi dan pendalaman materi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis
1. Makna Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Menurut Heinich, Molenda, dan Russel (dalam Instructional Media, 1990) diungkapkan bahwa media ”is a channel of communication. Derived from the latin word for “between”, the term refers “to anything that carries information between a source and a receiver.
Dari pendapat di atas, dapat dikembangkan beberapa pemahaman tentang posisi media serta peran dan kontribusinya dalam kegiatan pembelajaran ataupun kegiatan pendidikan. Beberapa pemahaman itu antara lain:
a) Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan atau pun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
b) Aplikasi media pembelajaran berpijak pada kaidah ilmu komunikasi, yang antara lain “who says what in which Channels to whom in what effect”
(a). Who, siapa yang menyatakan? (guru, widyaiswara, pengirim pesan).
(b). What, pesan atau ide/gagasan apa yang disampaikan? (dalam kegiatan pembelajaran ini berarti bahan ajar atau materi yang akan disampaikan).
(c). Which Channels, dengan saluran apa, media saluran apa, media atau sarana apa, pesan itu ingin disampaikan?
(d). To Whom, kepada siapa? (sasaran, siswa, peserta didik)
(e). What effect, dengan hasil atau dampak apa?
Dari unsur-unsur di atas, tampaknya yang menjadi target atau tujuan dari suatu kegiatan pembelajaran adalah dampak atau hasil yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan pembelajaran. Dalam kajian kependidikan, istilah itu dikenal dengan “meaningful learning experience”, yaitu suatu pengalaman belajar yang bermakna sebagai hasil dari suatu kegiatan pembelajaran.
Proses belajar mengajar hakikatnya adalah proses komunikasi, guru berperan sebagai pengantar pesan dan siswa sebagai penerima pesan. Pesan yang dikirimkan oleh guru berupa isi/ ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-kata dan tulisan) maupun nonverbal. Proses ini dinamakan encoding. Penafsiran simbol-simbol komunikasi tersebut oleh siswa dinamakan decoding. Namun bagaimanakah bentuk dan wujud dari media atau perantara ini, hal tersebut harus disesuaikan dengan jenis dan karakteristik materi yang akan disampaikan serta kemampuan guru tentang pengetahuannya mengenai media. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran maka hal yang harus diperhatikan ketika penyampaian materi/informasi berlangsung adalah keluasan, kedalaman dari materi pelajaran, selain itu juga waktu yang diperlukan untuk mengajarkan materi tersebut, dan kondisi yang tersedia di sekolah, sehingga media menjadi efektif digunakan dalam proses pembelajaran. Selain sebagai perantara dalam interaksi belajar mengajar, media pembelajaran memiliki peran sebagai alat bantu proses belajar mengajar yang efektif.
Proses belajar mengajar seringkali ditandai dengan adanya unsur tujuan, bahan, metode, dan alat, serta evaluasi. Keempat unsur tersebut saling berinteraksi dan berinterelasi. Metode dan media merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari unsur pembelajaran yang lain. Metode dan alat, yang dalam hal ini adalah media pembelajaran berfungsi untuk menyampaikan materi pelajaran agar sampai kepada tujuan.
Media pembelajaran adalah suatu alat yang dapat membantu siswa supaya terjadi proses belajar. Dengan menggunakan media pembelajaran diharapkan siswa akan dapat memperoleh berbagai pengalaman nyata, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat diserap dengan mudah dan lebih baik.
Penggunaan media dalam pembelajaran didasarkan pada konsep bahwa belajar dapat ditempuh melalui berbagai cara, antara lain: dengan mengalami secara langsung (melakukan dan berbuat), dengan mengamati orang lain, dan dengan membaca serta mendengar.
2. Kedudukan Media dalam Pembelajaran
Kedudukan media dalam pembelajaran sangat penting bahkan sejajar dengan metode pembelajaran, karena metode yang digunakan dalam proses pembelajaran biasanya akan menuntut media apa yang dapat diintegrasikan dan diadaptasikan dengan kondisi yang dihadapi.
Jika kembali kepada paradigma pembelajaran sebagai suatu proses transaksional dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan psikomotor, maka posisi media jika diilustrasikan dan disejajarkan dengan proses komunikasi yang terjadi. Berikut ini adalah gambar yang menunjukkan posisi dari media dalam suatu proses yang bisa dikatakan sebagai proses komunikasi dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran terdapat tingkatan proses aktivitas yang melibatkan keberadaan media pembelajaran, yaitu:
a) Tingkat pengolahan Informasi
b) Tingkat penyampaian informasi
c) Tingkat penerimaan informasi
d) Tingkat pengolahan informasi
e) Tingkat respon dari peserta didik
f) Tingkat diagnosis dari pengajar
g) Tingkat penilaian
h) Tingkat penyampaian hasil.
Terjadinya pengalaman belajar yang bermakna tidak terlepas dari peran media terutama dari kedudukan dan fungsinya. Secara umum media mempunyai kegunaan :
a) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya indra.
c) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar.
d) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual, auditori dan kinestetiknya.
e) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
Peranan media dalam proses pengajaran sebagai:
a) Alat untuk memperjelas bahan pengajaran pada saat guru menyampaikan pelajaran. Dalam hal ini media digunakan guru sebagai variasi penjelasan verbal mengenai bahan pengajaran.
b) Alat untuk mengangkat atau menimbulkan persoalan untuk dikaji lebih lanjut oleh para siswa dalam proses belajarnya. Paling tidak guru dapat menempatkan media sebagai sumber pertanyaan atau stimulasi belajar siswa.
c) Sumber belajar bagi siswa, artinya media tersebut berisikan bahan-bahan yang harus dipelajari para siswa baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian akan banyak membantu tugas guru dalam kegiatan mengajarnya.
Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu diperhatikan oleh guru agar mereka dapat memilih media mana yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi peserta didik. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada pembelajar. Selain itu media juga harus merangsang pebelajar mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan pebelajar dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong peserta didik untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media, antara lain biaya, ketersediaan fasilitas pendukung, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan, dan kegunaan.
3. Kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media antara lain:
a) Ketepatannya dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan.
b) Dukungan terhadap isi bahan pengajaran, artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami siswa.
c) Kemudahan memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat oleh guru pada waktu mengajar.
d) Keterampilan guru menggunakannya, artinya secanggih apapun sebuah media apabila tidak tahu cara menggunakanya maka media tersebut tidak memiliki arti apa-apa.
e) Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.
f) Memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
4. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Banyak cara diungkapkan untuk mengindentifikasi media serta mengklasifikasikan karakterisktik fisik, sifat, kompleksitas, ataupun klasifikasi menurut kontrol pada pemakai. Namun demikian, secara umum media bercirikan tiga unsur pokok, yaitu: suara, visual, dan gerak. Menurut Rudy Brets, ada 7 (tujuh) klasifikasi media, yaitu:
a) Media audio visual gerak, seperti: film suara, pita video, film televisi.
b) Media audio visual diam, seperti: film rangkai suara, dsb.
c) Audio semi gerak seperti: tulisan jauh bersuara.
d) Media visual bergerak, seperti: film bisu.
e) Media visual diam, seperti: halaman cetak, foto, microphone, slide bisu.
f) Media audio, seperti: radio, telepon, pita audio.
g) Media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri.
Secara sederhana kehadiran media dalam suatu kegiatan pembelajaran memiliki nilai-nilai praktis sebagai berikut:
a) Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki para siswa.
b) Media yang disajikan dapat melampaui batasan ruang kelas.
c) Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
d) Media yang disajikan dapat menghasilkan keseragaman pengamatan siswa.
e) Secara potensial, media yang disajikan secara tepat dapat menanamkan konsep dasar yang kongkrit, benar, dan berpijak pada realitas.
f) Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
g) Media mampu membangkitkan motivasi dan merangsang peserta didik untuk belajar.
h) Media mampu memberikan belajar secara integral dan menyeluruh dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari seserhana ke rumit.
Dari semua itu, kemudian dikembangkan media dalam suatu konsepsi teknologi pembelajaran yang memiliki ciri:
a) berorientasi pada sasaran,
b) menerapkan konsep pendekatan sistem, dan
c) memanfaatkan sumber belajar yang bervariasi. Sehingga aplikasi media dan teknologi pendidikan, bisa merealisasikan suatu konsep“teaching less learning more”. Artinya secara aktifitas fisik bisa saja aktifitas kegiatan guru di kelas dikurangi, karena ada sebagian tugas guru yang didelegasikan pada media, namun tetap mengusung tercapainya produktifitas belajar siswa.
5. Internet
Internet, singkatan dari internaitonal network adalah jaringan informasi global, yakni the largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other. Internet dicetuskan pertama kali ide pembuatannya oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus 1962. Di Indonesia, internet mulai meluas sekitar tahun 1995, sejak berdirinya indointernet (Purbo, 2000).
Untuk dapat menggunakan internet diperlukan sebuah komputer (memory minimal 4 mega), harddisk yang cukup, modem (berkecepatan minimal 14.400), sambungan telepon (multifungsi : telepon, faksimile, dan internet), ada program Windows, dan sedikit banyak tahu cara mengoperasikannya. Selanjutnya hubungi provider terdekat. Andaikan semua prasyarat tadi tidak dimiliki, cukup mendatangi warnet (warung internet) terdekat, maka kita dapat mengakses situs-situs apa saja sesuai dengan kebutuhan kita.
Internet disebut juga media massa kontemporer, karena memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah media massa, seperti antara lain : ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim serta melewati media cetak atau elektronik, sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat oleh khalayaknya.
6. Facebook
Jejaring pergaulan sosial atau pertemanan melalui dunia internet, atau dikenal dengan social network, pertumbuhannya cukup mencengangkan. Sebagai contoh, situs Facebook kini telah memiliki sekitar 200 juta pengguna dengan sekitar 2 juta penggunanya ada di Indonesia. Facebook merupakan situs jejaring sosial yang dikembangkan oleh Randy Zuckerberg.
Facebook memiliki beberapa fitur/aplikasi yang bisa digunakan oleh penggunanya diantaranya : Chating, Up Date Status, Komentar, Forum, Up Load Photo, Pesan, Tautan dengan situs lain, Aplikasi berbagai macam permainan, Grup, Quizz dan banyak lagi, yang kesemuanya itu dapat kita pergunakan sebagai media pembelajaran IPS.
B. Pembahasan
Pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran IPS mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. Through independent study, students become doers, as well as thinkers (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, atau kutipan yang berkaitan dengan IPS (Gordin et. al., 1995). Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts).
Siswa dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Mereka menganalisis informasi yang relevan dengan pembelajaran IPS dan melakukan pencarian yang sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Siswa dan guru tidak perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena siswa dapat mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online.
Siswa juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan ajar IPS. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru IPS, siswa dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates).
Pemanfaatan internet sebagai sistem e-learning memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut :
a) Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas;
b) Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa;
c) Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing;
d) Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa;
e) Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran;
f) Pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik pembelajar/siswa; dan
g) Memungkinkan pihak berkepentingan (orang tua siswa maupun guru) dapat turut serta menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara on-line.
Pemanfaatan internet (sistem e-learning) sebagai sumber pembelajaran IPS merupakan sebuah keniscayaan, karena beberapa alasan berikut :
a) Mengingat penduduk Indonesia yang sangat besar dan tersebar di berbagai wilayah, serta terbatasnya daya tampung sekolah dan lembaga pendidikan lainnya, sehingga tidak mungkin dapat menampung mereka yang ingin belajar, maka prospek pemanfaatan internet sebagai suatu pendidikan alternatif cukup cerah;
b) Mendukung pencapaian pembelajaran IPS yang multicultural;
c) Mendorong kemampuan bagaimana belajar untuk belajar (learning to learn);
d) Membawa dampak ikutan yang positif, umpamanya meningkatnya kemampuan berbahasa Inggris; dan
e) Secara psikologis, akses terhadap internet juga menumbuhkan rasa percaya diri karena memungkinkan kita untuk tidak lagi terasing dari informasi sampai yang paling mutakhir.
Facebook sebagai salah satu sarana yang ada di internet mempunyai berbagai macam aplikasi yang dapat kita jadikan sebagai media pembelajaran IPS. Selama ini facebook lebih banyak dipakai untuk sekedar bersenang-senang, bersilaturrahim dengan teman, atau sekedar ajang narsis-narsisan. Sampai saat ini, banyak pihak yang memandang facebook secara negatif. Mereka berpikir bahwa keberadaan facebook bisa menurunkan kinerja pegawai. Ada juga yang mengatakan facebook itu berbahaya karena bisa digunakan sebagai sarana pelecehan dan pencemaran nama baik dengan maraknya group-group “say-no-to”.
Diluar sisi negatif itu, facebook tetap memiliki banyak manfaat, jauh lebih banyak ketimbangmudharat-nya. Efek negatif itu muncul hanya karena oknum-oknum tertentu yang tidak menggunakan teknologi sebagaimana mestinya.
Di bawah ini fitur-fitur facebook yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran IPS, seperti :
a. Facebook Share.
Facebook Share/tautan, merupakan fitur dasar di facebook. Fitur ini pastinya juga bisa digunakan sebagai sarana untuk membantu pembelajaran. Siapapun bisa men-share apapun (tulisan singkat, link, gambar, video dsb) ke semua teman-temannya.
Dengan fitur ini guru dapat mencari situs-situs atau gambar-gambar yang berhubungan dengan pembelajaran IPS, kemudian di share di facebook untuk seterusnya bisa diakses oleh siswa, sehingga siswa mempunyai panduan dalam mencari materi IPS di internet, dengan share ini juga guru bisa menugaskan siswa untuk memberikan analisis, kritik atau komentar terhadap fenomena sosial yang berada di dalam share/tautan tersebut. Berikut gambar contoh tampilan tautan di wall :
b. Facebook Quiz
Saat ini sudah banyak quiz-quiz yang beredar di facebook. Rata-rata hanya quiz yang dibuat untuk sekedar iseng. Fitur ini sejatinya bisa dipakai untuk melakukan quiz online. Sang guru bisa membuat quiz-nya dengan mudah kemudian menyuruh seluruh muridnya untuk mengerjakan quiz tersebut.
Guru bisa mengganti tugas yang berupa pertanyaan dengan membuat quiz ini, di dalam quiz ini guru juga bisa menetapkan skor yang diperoleh siswa berdasarkan jawaban yang mereka berikan.
c. Facebook Note
Dengan sarana ini sang guru bisa memancing murid-muridnya saling berdiskusi mengenai topik tertentu. Sang guru cukup membuat note di-wall kemudian men-tag ke seluruh muridnya untuk memancing diskusi. Di bawah ini contoh tampilan note yang bisa dijadikan ajang diskuusi oleh siswa :
d. Facebook Apps
Dengan fitur ini hampir segalanya bisa dilakukan. Salah satunya adalah dengan membuat sebuah game edutainment pada platform facebook Apps ini. Salah satu contoh Facebook Apps game edutainment yang cukup terkenal dan banyak dimainkan adalah Geo Challenge. Sebuah aplikasi game untuk menguji pengetahuan geografis dari pemain-pemainnya. Berikut gambar dari permainan Geo Chalenge.
e. Up Date Status
Melalui Up Date Status, guru bisa mengingatkan siswa tentang materi yang akan dipelajari dalam pertemuan selanjutnya, memberi stimulus, atau memberi jalan sebagai ajang diskusi melalui “komentari”, sehingga siswa terpancing untuk berdiskusi.
f. Forum
Fitur ini juga bisa dijadikan sarana diskusi antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.
g. Up Load Photo
Dengan fitur ini guru maupun siswa biasa meng-up load foto/gambar yang berhubungan dengan materi IPS, kemudian foto tersebut bisa di share dan dijadikan tema diskusi dengan sarana “komentari”, berikut contoh gambar album foto yang tersedia di facebook :
h. Pesan
Melalui layanan pesan, guru bisa memberikan tugas atau rekomendasi sumber yang bisa siswa akses di internet.
i. Chating
Dengan ada layanan chating di facebook, guru dan siswa bisa memanfaatkannya untuk ajang tanya jawab ataupun diskusi siswa dalam mengerjakan suatu tugas dari guru walaupun siswa tersebut berada di tempat yang berbeda.
Dari penjabaran di atas bisa penulis simpulkan bahwa penggunakan facebook sebagai media pembelajaran IPS sangat membantu guru dalam penyampaian materi IPS yang cukup banyak, sehingga guru tidak lagi terbatasi oleh waktu yang relatif sempit karena penggunaan media pembelajaran facebook, guru dan siswa bisa melakukannya di luar jam sekolah, dan juga dengan mengunakan media pembelajaran facebook siswa menjadi lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran IPS karena pembelajaran IPS dengan media pembelajaran facebook tidak lagi mengacu pada guru sebagai pusat, akan tetapi siswa sebagai pusat dan merekonstruksi pengetahuannya sendiri dengan belajar mandiri lewat internet, disini guru hanya sebagai fasilitator dan evaluator.
Dengan media pembelajaran facebook siswa dilatih belajar mandiri/tanggung jawab belajar, aktif, dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan, kolaboratif, mengembangkan strategi belajar, juga melatih siswa dalam penguasaan TIK, dan melatih penggunaan bahasa asing (Inggris), pembelajaran yang meaningfull dan engaged learning.
Selain beberapa kelebihan di atas, ada kelemahan yang mungkin timbul dalam sistem e-learning ini, yaitu tingginya kemungkinan gangguan belajar; sebab sistem tersebut mengkondisikan siswa untuk belajar mandiri, sehingga faktor motivasi belajar menjadi lebih signifikan terhadap keberhasilan belajar siswa. Untuk itu diperlukan adanya semacam penasehat (counsellor) yang memantau dan memotivasi belajar siswa agar prestasi belajarnya tidak menurun, dengan cara mengerjakan tugas-tugas belajar sebaik-baiknya dan secara tepat waktu. Di samping itu juga agar siswa tidak mengakses hal-hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan pelajaran atau hal-hal yang bersifat negatif (misalnya membuka situs-situs porno).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunakan facebook sebagai media pembelajaran IPS sangat membantu guru dalam penyampaian materi IPS yang cukup banyak, sehingga guru tidak lagi terbatasi oleh waktu yang relatif sempit, guru dan siswa bisa melakukannya di luar jam sekolah, dengan mengunakan media pembelajaran facebook siswa menjadi lebih tertarik dan aktif dalam pembelajaran IPS karena pembelajaran IPS dengan media pembelajaran facebook tidak lagi mengacu pada guru sebagai pusat, akan tetapi siswa sebagai pusat dan merekonstruksi pengetahuannya sendiri dengan belajar mandiri lewat internet, disini guru hanya sebagai fasilitator dan evaluator.
Dengan media pembelajaran facebook siswa dilatih belajar mandiri/tanggung jawab belajar, aktif, dan bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan, kolaboratif, mengembangkan strategi belajar, juga melatih siswa dalam penguasaan TIK, dan melatih penggunaan bahasa asing (Inggris), pembelajaran yang meaningfull dan engaged learning.
Adapun kelemahan penggunaan media pembelajaran facebook yaitu guru dan siswa dituntut untuk mempunyai kemampuan menggunakan internet, membutuhkan biaya dalam aplikasinya, tidak semua daerah mempunyai akses internet, tingginya kemungkinan gangguan belajar seperti siswa membuka situs-situs diluar konteks pembelajaran IPS seperti membuka situs porno, mempergunakan facebook lebih banyak hanya untuk main-main.
B. Rekomendasi
Guna melancarkan dan mengatasi kendala penggunaan media pemebelajaran facebook penulis memberikan rekomendasi sebagai berikut :
1. Sebelum mempergunakan media pembelajaran ini, ada baiknya guru-guru diberikan pelatihan bagaimana cara menggunakan internet dengan baik dan aman, setelah itu guru bisa mentransformasikannya kepada siswanya masing-masing.
2. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, misal satu kelompok terdiri dari 2 orang sehingga meringankan biaya akses internet, dan juga melatih kerjasama dalam belajar.
3. Penggunaan telepon genggam sebagai pengganti komputer dalam mengakses situs facebook, bagi siswa yang di daerahnya belum ada akses internet.
4. Diperlukan adanya semacam penasehat (counsellor) yang memantau kegiatan siswa selama mengakses internet, bisa itu orang tua, kakak atau orang lain yang dipercaya.
5. Merekomendasikan warnet yang sudah memblokir situs-situs porno (Seperti penggunaan IP AWARI), guna mengantisipasi siswa supaya tidak mengakses situs tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alessi M. Sthephen dan S.R., Trollip. 1984. Computer Based Instruction Method dan Development. New Jersley: Prentice-Hall, Inc.
Cepi Riyana. 2004. Strategi implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan Me-nerapkan Konsep Instructional Technology. Jurnal Edutech, Jurusan Kurtek Bandung.
Cepi Riyana. 2006. Media Pembelajaran. Modul, Fakultas Ilmu Pendidikan.
Dasna Wayan. ______. Pengembangan Pembelajaran dan Evaluasi. Malang : Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran (LP3) Universitas Negeri Malang (UM)
Dimyati, M. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
http://gallerypendidikan.blogspot.com/2009/11/facebook-sebagai-media-pembelajaran.html
http://mustafakamal.biz/2009/04/26/facebook-sebagai-media-pembelajaran/
http://www.burhan.co.cc/2010/01/pemanfaatan-internet-sebagai-sumber.html